Kamis, 27 Juni 2013

Ajak Anak SD di Pesisir peduli laut dan pantai dengan bersih pantai dan marine outbond

BANYUWANGI – Dengan garis pantai yang panjangnya mencapai 175,8 kilometer, menjadikan pemerintah tak lagi mengesampingkan pantai, namun mulai siap mengedepankan pantai sebagai pengembangan pembangunan kelautan. Salah satunya dengan menyadarkan anak pesisir pentingnya menjaga ekosistem laut.

Seperti yang terlihat Senin (17/6) Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, melakukan sosialisasi Rehabilitasi Terumbu Karang dan Mangrove untuk kelestarian lingkungan, di Pantai Blimbingsari pada siswa sekolah dasar. Ratusan anak yang rata-rata kelas IV dan V dari SDN 1 dan SDN 2 Blimbingsari ini diberi pelatihan singkat tentang pentingnya dan manfaat laut, oleh penyuluh swadaya perikanan dan tokoh nelayan dari Kelompok Nelayan Samudra Bakti. Mereka tampak asyik menyimak paparan dari penyaji, meskipun tidak ada alat peraga yang bisa mereka lihat langsung.
Setelah mengikuti paparan, mereka langsung diajak bermain simulasi ular tangga dalam ukuran besar di halaman parkir Blimbingsari. Mereka tampak asyik bermain mengikuti aturan ular tangga dengan materi soal yang tadi dipaparkan. Sebanyak 20 soal dilemparkan oleh penyaji untuk menguji seberapa jauh anak-anak memahami apa yang disampaikan penyaji.
Selain itu, mereka juga diberi buku cerita  tentang pelopor perbaikan pantai, Sena Sang Pelopor. Dalam buku cerita fiksi tersebut diceritakan bagaimana seorang pemuda, Sena, asal  Desa Sukamaju giat mengajak warganya untuk mengembalikan ekosistem pantai yang telah rusak akibat penangkapan ikan yang tidak terkendali. Dengan harapan menginspirasi mereka untuk selalu menjaga ekosistem pantai. Sebelumnya mereka juga diajak untuk memunguti sampah basah dan kering di sekitar pantai agar mereka peduli terhadap kebersihan wilayah pantai.
Sementara itu, Kepala Bidang Kelautan, Dinas Perikanan dan Kelautan (Periklut) Untung Widiyarto menjelaskan jika pantai Blimbingsari merupakan salah satu dari empat kawasan pantai yang dijadikan sasaran rehabilitasi kawasan pantai, selain pantai Pakis, Wongsorejo dan Pantai Kayu Aking, Muncar. Khusus di Blimbingsari, kata Untung, kondisi terumbu karangnya sudah rusak sehingga selain mengakibatkan produksi tangkapan ikan berkurang juga timbulnya abrasi. “Abrasi akibat kerusakan terumbu karang di Blimbingsari mencapai 5 km,” jelas Untung.
Dipaparkan Untung, terumbu karang yang ada di Banyuwangi sudah tidak ada yang dalam kondisi baik. Dari total 77,304 ha luas terumbu karang, 46,382 ha kondisinya sedang. Sisanya rusak. “Mengatasi hal itu, pada tahun 2013 ini Dinas Periklut  telah menenggelamkan  ratusan terumbu karang buatan, 170 bentuk stupa dan 227 buah dalam berbagai bentuk. Selain juga 19 unit fish apartment,” jelas Untung.
Mengapa sosialisasi rehabilisasi terumbu karang dilakukan pada siswa SD. Dijelaskan Untung, ini diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran sejak dini pada siswa pentingnya menjaga ekosistem pantai. “Mereka kami harapkan bisa mengedukasi kesadaran kepada orang tuanya,” harap Widiyarto.
Untuk perbaikan pantai, lanjut Untung, selain membuat terumbu karang buatan, pemerintah ke depannya juga menanam vegetasi pantai, seperti mangrove, bakau di tepi pantai juga konservasi pantai. “Kami ingin pantai menjadi bagian depan pembangunan di Banyuwangi, melihat begitu besar manfaat yang bakal didapat. Mulai dari pengembangan wisata bahari hingga produksi tangkapan ikan,” harap Untung.  (Humas dan Protokol)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar