Muncar - Program
revitalisasi tambak udang melalui tambak demfarm yang digulirkan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak tahun 2012 telah mengubah cara bertambak
para pembudidaya udang di wilayah di Kabupaten Banyuwangi. “Tujuan awal dari
program ini adalah untuk merubah mindset petambak dari semula bertambak secara
individual menjadi komunal (sistim klaster/kelompok) serta memperkuat jiwa
kewirausahaan di kalangan petambak tradisional. Sistim klaster diperlukan
sekali agar petambak bisa mengendalikan musim tanam, asal usul benih yang
berkualitas, prosedur pemeliharaannya, dan sangat bermanfaat bagi pengendalian
serta isolasi penyakit”, kata Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra (11/11).
Kelompok Kerja (Pokja) Program
Revitalisasi Tambak di Kabupaten Banyuwangi Dalam Kunjungannya ke lokasi tambak
percontohan di desa wringinputih kecamatan muncar mengatakan “Program revitalisasi
tambak di Kabupaten banyuwangi telah dilaksanakan sejak Tahun 2013 dan
mengambil lokasi Tambak Percontohan di Desa Wringinputih Kecamatan Muncar yang
dikelola oleh 4 kelompok pembudidaya ikan dengan luasan tambak sebesar 35 Ha Bantuan
program KKP melalui revitalisasi tambak udang, pada tahun 2013 diberikan dalam
bentuk barang berupa plastik mulsa, kincir, pompa air, genset, benih udang dan
juga pakan. Hal ini untuk lebih meningkatkan rasa memiliki petambak udang
terhadap program revitalisasi tambak, dan sekaligus membuka pintu perbankan
untuk lebih berperan sejak awal dalam pemberian bantuan modal kepada petambak
dalam mengelola usaha budidaya udang” (11/11)
Saat ini para pembudidaya udang yang
dulunya bertambak secara tradisional dan sekarang telah tergabung dalam satu
kelompok serta bertambak dalam satu klaster, sudah bisa bernafas lega. Salah
satu petambak udang demfarm yang berhasil adalah Ulin nuha. Petambak yang sekaligus Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan
“SUMBER UDANG” telah membuktikan bahwa budidaya dengan sistem tertutup dalam
satu klaster mampu menghasilkan panen 10 ton dari 1 ha tambak dan sudah
tercapai pada siklus pertama budidaya udang yang dilakukan.
“Saya tidak menyangka bahwa di daerah sini
masih bisa memproduksi udang sebanyak itu. Sebelum adanya program ini, daerah
tambak di wringinputih banyak yang mangkrak karena para pemiliknya sudah tidak
mau dan mampu lagi menjalankan usaha budidaya udang. Sekarang, dengan melihat
keberhasilan panen udang, tambak-tambak yang tadinya mangkrak mulai banyak
dikelola oleh pemiliknya dengan modal sendiri”, katanya.
Selain berbasis pembentukan klaster atau
kelompok, prinsip dari program revitalisasi adalah berbasis masyarakat.
Sehingga diperlukan adanya mitra untuk menjamin operasional tambak,
keberhasilan usaha dan pasar. “Mengapa kemitraan, karena pembudidaya
tradisional belum mampu berbudidaya tambak dengan teknologi yang dianjurkan
sehingga diperlukan modal dan teknologi serta jaminan pasar yang dimiliki oleh
mitra”’ ungkap Suryono Bintang Kabid Perikanan Budidaya.
Pola kemitraan ini sifatnya saling
menguntungkan. Petambak udang lebih mudah mendapatkan sarana produksi tambak
dan mempermudah dalam pemberian bantuan modal oleh perbankan kepada petambak
karena menggunakan mitra sebagai agunan dan Shrimp
Club Indonesia (SCI) sebagai penanggungjawabnya.
“Pola kemitraan dalam program revitalisasi
tambak ini sangat menguntungkan pihak petambak dan mitra. Petambak mudah
mendapatkan sarana produksi tambak karena difasilitasi oleh mitra, sedangkan
mitra memiliki kepastian usaha karena dibantu petambak dalam menjalankan usahanya.
Apalagi kalau dibentuk koperasi sebagai wadah, petambak dan mitra akan
sama-sama terjamin dalam melakukan usahanya, karena sudah ada koperasi sebagai
wasit”, ungkap Mujiono, seorang mitra tambak demfarm di wilayah desa
Wringinputih, Kec. Muncar, Kab. Banyuwangi
Penambahan Luasan Tambak
Dengan tingkat keberhasilan program revitalisasi tambak oleh KKP seperti
yang dirasakan para pembudidaya di lokasi tambak demfarm sekarang ini,
pembudidaya banyak yang mendapatkan shock culture karena pendapatan yang
luar biasa dalam waktu singkat.
“Dampak yang dirasakan dengan adanya
program ini adalah usaha budidaya udang vaname baru bermunculan disekitar
tambak demfarm. Penambahan luasan tambak baru sudah mencapai 96 ha Ditambah
lagi, posisi tawar udang Indonesia yang cukup tinggi di dunia karena bebas EMS,
bebas residu dan bebas subsidi, industri perudangan nasional akan bergairah
yang otomatis akan berdampak positif bagi para pelaku usaha di dalamnya
khususnya petambak udang”, tambah Suryono Bintang.
Melalui program revitalisasi tambak, jiwa kewirausahaan yang dibangun
adalah melalui kelompok yang sehat, disiplin dan dapat menjaga perjanjian usaha
serta mematuhi anjuran teknis yang diberikan. ”Kedepan menjaga komitmen sesuai
perjanjian adalah ciri pengusaha kecil yang harus dibangun di Indonesia karena
kita bersiap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yaitu era
perdagangan bebas regional ASEAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar